Misteri Lailatul Qadar


Nabi SAW memerintahkan umatnya agar senantiasa memperbanyak amal ibadah pada bulan Ramadhan. Seluruh umat Islam senantiasa mendambakan diri bisa bertemu dengan malam kemuliaan (Lailatul Qadar), yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Lailatul Qadar merupakan sebuah fenomena yang penuh dengan misteri.
Apakah Lailatul Qadar itu? Itulah malam diturunkannya Al-Qur’an. Malam turunnya Al-Qur’an disebut juga dengan Nuzulul Qur'an. Malam yang memiliki kedudukan yang agung yang  terdapat kemuliaan dan pahala yang berlimpah. Para ulama sepakat bahwa Al-Qur’an diturunkan pertama kali pada malam 17 Ramadhan saat Nabi SAW sedang bertafakkur di Gua Hira. Adapun ayat yang pertama kali diturunkan adalah surah Al-‘Alaq [96]: ayat 1-5. Selanjutnya, Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama lebih kurang 23 tahun.
Malam itu dinamakan Lailatul Qadar karena keagungan nilainya dan keutamaannya di sisi Allah SWT. Juga, karena pada saat itu ditentukan ajal, rezeki, dan lainnya selama satu tahun, sebagaimana firman Allah SWT : “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhan [44] : 4)
Bagaikan tamu agung nan istimewa, kemuliaan Lailatul Qadar selalu dinanti  umat Islam yang mengharapkan pahala yang setara dengan 1.000 bulan. Malam itu lebih berharga daripada 83 tahun 4 bulan.
Dalam kitab Fadha'il Ramadhan, Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi berkata: ''Betapa beruntungnya orang yang dapat memperoleh kesempatan beribadah dengan sungguh-sungguh pada malam Lailatul Qadar itu, karena telah mendapat pahala beribadah selama 83 tahun 4 bulan.''
Kapankah malam kemuliaan itu? Benarkah Lailatul Qadar itu hanya terjadi pada bulan Ramadhan? Mungkinkah ia terjadi pada bulan lain?
Banyak pertanyaan yang sering dikemukakan berkaitan dengan Lailatul Qadar, terutama waktunya. Hal ini terjadi karena Nabi SAW tidak menjelaskan waktu pastinya. Dalam sebuah hadits Nabi SAW bersabda: "Carilah ia (malam kemuliaan), pada malam-malam ganjil di akhir bulan Ramadhan." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan beberapa keterangan dan hadits Nabi SAW, mayoritas ulama menyatakan bahwa Lailatul Qadar itu hanya terjadi pada bulan Ramadhan. Hal ini merujuk pada keterangan QS. Al-Qadar [97] ayat 1-5, QS. Ad-Dukhan [44]: 2-3, QS. Al-Baqarah [2]: 185, dan QS. Al-Anfal [8]: 41.
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (lailatul qadar) itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadar {9}7: 1-5)
Namun demikian, menurut Syaikh Ali Thanthawi, ulama asal Al-Azhar, Kairo, Lailatul Qadar itu bisa terjadi pada bulan yang lain di luar Ramadhan. Hanya saja, ia menyebutkan, Lailatul Qadar di bulan lain itu biasa disebut dengan hidayah.
Syaikh Ali Thanthawi mencontohkan peristiwa yang dialami Umar bin Khattab sesaat sebelum masuk Islam. "Berapa banyak orang yang membaca Surah Thaha [20], tetapi itu tidak memberikan pengaruh apa-apa bagi pembaca. Tapi, saat Umar mendengar bacaan Surah Thaha tersebut, ia yang dahulunya kasar, kejam, dan pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup, dalam waktu yang singkat, berubah total menjadi Umar yang genius dan pembela Islam," ujar Syaikh Thanthawi.
Adapun mengenai tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar adalah sebagai berikut:
Pertama, pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk, sebagaimana Hadist Riwayat Muslim.
Kedua, pada malam harinya langit tampak bersih, tidak tampak awan sedikit pun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Hal ini berdasarkan riwayat Imam Ahmad dalam Kitab Mu'jam Ath-Thabari Al-Kabir disebutkan bahwa Rasulullah bersabda: Malam Lailatul Qadar itu langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit tidak berawan, tidak ada hujan, bintang tidak tampak, dan pada siang harinya matahari bersinar tidak begitu panas.
Terkait dengan berbagai tanda-tanda Lailatul Qadar yang disebutkan beberapa hadits, Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan, "Semua tanda tersebut tidak dapat memberikan keyakinan tentangnya, yakni bila tanda-tanda itu tidak ada berarti Lailatul Qadar tidak terjadi malam itu karena Lailatul Qadar terjadi di negeri-negeri yang iklim, musim, dan cuacanya berbeda-beda. Bisa jadi, ada di antara negeri-negeri muslim dengan keadaan yang tak pernah putus-putusnya turun hujan. Padahal, penduduk di daerah lain justru melaksanakan Shalat Istisqa. Negeri-negeri itu berbeda dalam hal panas dan dingin, muncul dan tenggelamnya matahari, juga kuat dan lemah sinarnya. Karena itu, sangat tidak mungkin bila tanda-tanda itu sama di seluruh belahan bumi ini.
Dengan tidak diketahuinya secara pasti kapan malam istimewa itu turun, diharapkan justru makin memotivasi kita untuk meraihnya tidak sekadar pada sepuluh hari terakhir, tapi sebulan penuh lamanya kita gunakan untuk berbakti kepada Allah SWT. Sehingga pada bulan-bulan yang lain (selain bulan Ramadhan), sifat kebajikan sosial, berkata jujur, dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah mampu diimplementasikan pada aktivitas kita sehari-hari. (Baihaqi Nu’man)